Daging Sapi Impor Murah Sangat Destruktif Bagi Peternakan Rakyat
Mengenai daging sapi impor murah sebanyak 50 ribu ton dari Brasil, Pemerintah beralasan, alternatif impor ini untuk menciptakan persaingan sehingga harga daging sapi bisa ditekan karena daging Brasil lebih kompetitif. Pasar daging sapi di Indonesia yang mencapai 250 ribu ton per tahun memang menggiurkan karena belum bisa dipenuhi dari domestik.
Selama ini Indonesia lebih banyak impor dari Australia dan Selandia Baru karena secara lokasi memang lebih dekat dan bebas PMK. Sedangkan, Brasil bila impor benar-benar terealisasi maka jaraknya lebih jauh.
Namun, menurut Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana, keputusan pemerintah mendatangkan daging sapi impor murah ini diduga terkait upaya menggenjot ekspor yang sedang loyo, terutama kelapa sawit yang sedang mengalami banyak hambatan terutama di Uni Eropa.
Negeri Samba sempat memenangkan gugatan terhadap pemerintah Indonesia di Badan Penyelesaian Sengketa WTO pada 2017 lalu. Brasil sempat menilai otoritas Indonesia tidak menerapkan putusan final WTO secara bersungguh-sungguh, dan menganggap Indonesia masih menghambat impor produk unggas. Ada spekulasi, dibukanya daging impor dari Brasil untuk membuktikan Indonesia terbuka pada pasar.
Upaya Brasil memasukkan daging sapi impor murah ke Indonesia memang tidak mudah dan sudah berlangsung lama. Daging Brasil sempat terhambat UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, sebelum direvisi. Negara itu belum bebas dari penyakit sapi seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), atau masih kategori zone based. Sedangkan negara pemasok sapi dan daging utama Indonesia selama ini Australia dan Selandia Baru sudah bebas dari PMK atau country based.
Teguh menyadari, memasukkan daging sapi impor murah dari Brasil terkait dengan upaya pemerintah mengekspor CPO, tapi peternak rakyat juga harus diperhatikan. Harga daging sapi dari Brasil yang murah sangat destruktif bagi peternakan rakyat.
Sumber: cnbcindonesia.com