Diskusi PPSKI Tentang Kebijakan Dan Peningkatan Produksi Ternak Sapi
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) NTT, mengadakan diskusi tentang kebijakan dan strategi peningkatan produksi dan efisiensi tata niaga ternak sapi di NTT.
Mengambil tempat di Hotel Aston, Jalan Timor Raya Kupang, Senin (18/4/2016) malam, diskusi ini dimoderatori oleh Eka, Direktur Bincang-bincang Agribisnis ini, dan dihadiri oleh : Kepala Dinas Peternakan NTT, Dani Suhadi; Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan RI, Prof. Muladno; Ketua Umum DPP PPSKI, Ir. Teguh Boediyana; Ketua DPD PPSKI NTT, Dr. Marthen Mulik; dan para pengusaha ternak asal NTT ,Jawa Barat dan Jakarta.
Ada beberapa pertanyaan menarik pada sesi diskusi, seperti yang dilontarkan oleh Heru, salah satu pengusaha ternak sapi. Ia membeberkan masalah sulitnya mencari sapi yang sesuai dengan keinginan pasar, juga tingkat kematian yang tinggi dari sapi-sapi asal NTT.
Feri, pengusaha ternak sapi asal Bogor, Jawa Barat, yang menyoroti soal kuota yang diberikan pemerintah karena saat ini pasokan ternak sapi ke Jawa terus berkurang. Ia juga pesimis sapi asal NTT bisa mengisi kandang miliknya yang berkapasitas 800-1000 ekor. Terbukti dalam tiga bulan terakhir, sapi NTT hanya mampu mengisi isi 300 ekor saja Sama seperti Heru, ia pun mendapatkan masalah mengenai kematian sapi asal NTT.
Menjawab pertanyaan atas masalah-masalah tersebut, Kepala Dinas Peternakan NTT, Dani Suhadi mengatakan, sesuai hasil sensus BPS tahun 2010 dan 2013 ada kenaikan dari 500. 000 menjadi 700.000 ekor ternak sapi. Terkait kematian ternak sapi di Jakarta dan Bogor, Dani mempersilahkan para pengusaha untuk melakukan outopsi dan mengirimkan hasilnya kepada Dinas Peternakan NTT.
Karena mereka tidak tahu bagaimana prosedur perlakuan yang dilakukan sampai dengan pasca pengiriman. Jangan sampai ada kesalahan ketika pihaknya mengekuarkan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) atau ada indikasi penyakit yang terbawa atau juga pemberian pakan yang tidak sesuai.
Sumber : tribunnews