Harga Daging Sapi Bisa Murah Jika Biaya Produksi Rendah
Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia amat pesat. Bank Dunia mencatat, pada 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari populasi, namun pada 2010 meningkat menjadi 56,5 persen. Efeknya, permintaan akan daging sapi di dalam negeri terus melonjak. Secara tak langsung, permintaan daging yang tinggi membuat harga daging semakin mahal.
Kondisi tersebut diamini oleh pengusaha di sektor food and beverages, Elzan Aziz. Menurut data penjualannya, khusus produk steak memang terjadi kenaikan sekitar 2-5 persen dalam kurun tiga tahun terakhir.
--------------------------------
Tanggapan Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia, Melalui Sekjen Rochadi Tawaf
Berdasarkan penelitian, angka partisipasi konsumsi daging sapi hanya diwakili oleh 16 persen rumah tangga. Namun demikian, memang terjadi peningkatan konsumsi pada kluster rumah tangga tersebut sekitar 13 kg/kapita/tahun.
Namun, PPSKI berharap pemerintah tidak gegabah dengan ngotot menurunkan harga daging hingga Rp80ribu/kg. Karena, langkah menekan harga adalah solusi jangka pendek yang amat membebani pelaku usaha sapi potong. Dalam jangka panjang, bahkan dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada industri.
Jika tetap menginginkan harga jual daging sapi lebih murah, pemerintah harus bisa membuat biaya produksi yang lebih rendah bagi pengusaha. Contohnya adalah biaya pakan. Produksi ternak sapi potong sangat dipengaruhi oleh pakan. Pakan yang bermutu dapat mendorong peningkatan kinerja agribisnis sapi potong. Nah, bagaimana caranya pemerintah bisa menyediakan pakan sapi dengan harga yang murah namun tetap bermutu?. Itu tantangannya....
Sumber : metronews.com