Skip to main content
| Berita Tentang PPSKI

Mentransformasi Kelompok Peternak Sapi Untuk Membentuk Koperasi

Pada hari Kamis, 28 April 2016, di Mataram, diadakan sebuah diskusi panel dengan tema "Mentransformasi kelompok peternak sapi membentuk Kooperasi". Acara yang dipandu oleh Prof Sukardono (Universitas Mataram) ini, menghadirkan nara sumber :

  • Teguh Boediyana, ketua PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia)
  • Arief Mulyadi Executive Vice Presiden PT. PNM
  • Prof. Ir. Suhubdy (Pakar Nutrisi Ruminansia/Herbivora dan Bioekosistem Padang Penggembalaan Universitas Mataram, NTB
  • Abu Bakar (Pengusaha Sapi dan Ketua Koperasi Sejahtera Binaan Provinsi NTB)
  • Dhimas Fittri selaku Account Officer Bank BRI Cab. Mataram-NTB
  • Supran, MM Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB
  • Baiq Haidar Indiana selaku kabid di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB.

Menurut keterangan Supran, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi, kondisi koperasi yang memiliki usaha di sektor riil cukup sehat walau jumlahnya tidak banyak, khususnya koperasi yang bergerak dibidang usaha peternakan. Walau demikian diharapkan koperasi tetap eksis dalam pengembangan usahanya, dengan tetap memperhatikan peluang dan potensi daerah masing-masing. Untuk pengembangannya, para anggota dan pengurus Koperasi juga harus bisa menjaga jati dirinya dengan menerapkan prinsip dan filosofi berkoperasi, agar koperasi tersebut menjadi tangguh, kuat dan mandiri tanpa campur tangan bantuan dari Pemeritah.

Sedangkan Teguh Boediyana, mengungkapkan idealisme PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) dalam usaha peternakan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan PPSKI, antara lain turut serta mengawal data mengenai peternakan, menggugat UU tentang peternakan, menentang usaha import daging sapi ilegal dan berjuang untuk mewujudkan swasembada daging sapi di Indonesia.

Sementara, Prof Suhubdy memaparkan masalah pokok dalam usaha peternakan, yaitu Pakan.  Banyak kendala dalam pengadaan pakan, khususnya pakan hijauan. Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa sedang dikembangkan lumbung pakan dan pakansia, dengan pendampingan dari akademisi Universitas Mataram NTB. Pakansia adalah singkatan dari Papang (wadah, dalam bahasa daerah setempat), pakan, dan ruminansia. Pakansia  berdasarkan hasil kajian ilmiah sangat efektif untuk menyimpan pakan limbah pertanian. Tidak hanya sebagai wadah tetapi sekaligus bisa berfungsi sebagai penyimpan dan penyaji pakan hijauan bagi ternak herbivora. Kelebihan dari Pakansia adalah keberadaan hijauan lebih mudah terpantau dan kualitasnya pun terjaga karena tidak mudah kotor atau terinjak ternak.

Baiq Haidar Indiana selaku Kepada Bidang di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB menegaskan bahwa teknologi bagi peternakan sapi rakyat itu jangan dikonotasikan dengan teknologi yang mahal dan besar, melainkan teknologi yang murah dan sederhana. Tujuannya agar peternak dapat mengimplementasikan dalam usaha peternakan. Sebagai contoh adalah teknologi silase, yang dapat mengawetkan pakan hijauan agar dapat digunakan saat musim kemarau

Arief Mulyadi, menjelaskan tentang  PT. PNM sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki tugas untuk menyalurkan Kredit program dalam jasa pembiayaan, pengembangan kapasitas usaha (PKU) dan jasa manajemen dan kemitraan (capacity building : bimbingan teknis, pendampingan, dll).  Oleh sebab itu, Arief sangat berharap para pelaku usaha peternakan baik yg tergabung dalam koperasi maupun UMKM dapat memanfaatkan program yang ada pada PT. PNM.

Sedangkan Dhimas Fittri selaku Account Officer Bank BRI Cab. Mataram-NTB, memaparkan ketentuan dan aturan yang ada pada Bank BRI, dalam memberikan pinjaman, khususnya untuk sektor produksi. Termasuk  perhitungan biaya hidup yang diberikan pada nasabah,  selama masa produksi belum menghasilkan yang besarnya ditentukan berdasarkan biaya hidup didaerah yang bersangkutan. Saat ini telah  tersedia program kredit kemitraan PKBL dengan plafon maksimal Rp. 50 juta, yang diperuntukkan bagi usaha Mikro dengan 0 tunggakan dan bunga 6% pertahun.

Dari seluruh keterangan dan informasi yang disampaikan, ada benang merah yang dapat ditarik yaitu :

  1. Peternakan sapi rakyat yang hanya mampu memelihara sapi 1-3 ekor sapi sudah saatnya bergabung dalam wadah koperasi agar menjadi kuat dan memiliki posisi tawar pada tataniaga.
  2. Dengan adanya koperasi peternak  yang menjalankan manajemen usaha, akan dapat meringankan beban dalam memelihara sapi dan mengatasi kendala pakan dan permodalan.
  3. Para peternak sapi harus lebih profesional dalam usahanya, dan mau memanfaatkan teknologi mulai dari yang sederhana dan murah.

Sumber : harianterbit.com

Translate

Foto Abrianto

Abrianto

Seorang penggiat web blog sejak lama

Artikel Terkait

Artikel Terkait