Sapi dan Kerbau di Sumatera Diserang Wabah LSD, Peternak Terancam Rugi Besar
Sejumlah sapi dan kerbau di Sumatera saat ini dilaporkan terjangkit Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) hingga menjadi wabah di wilayah itu. Ketua Umum Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan potensi kerugian ekonomi akibat LSD adalah penurunan produksi, kematian sapi, karkas maupun kulit sapi tidak laku.
Penyakit Mulut dan Kuku Yang Mewabah di Jatim Diduga Dari India
Kekhawatiran Indonesia akan kebobolan kembali penyakit mulut dan kuku (PMK) akhirnya terjadi. PMK telah menjadi wabah (outbreak) di empat kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Penyakit menular ini telah menyerang 1.247 ekor sapi di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.
"Imbauan, opini sampai gugatan ke Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung dengan tujuan utama melindungi peternakan dalam negeri tidak pernah digubris," urai mantan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf, Jumat (6/5).

Pembeli Batalkan Pesanan Terkendala PPKM Darurat, Permintaan Hewan Kurban Turun Sampai 40 Persen
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan, permintaan sapi kurban turun signifikan jelang Iduladha 2021.
Diterapkannnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat diklaim sebagai penyebab utama turunnya permintaan dan penjualan sapi kurban.
“Calon pembeli yang datang langsung ke lapak itu sangat sepi. Bahkan beberapa ada yang membatalkan pesanan padahal sudah bayar down payment (DP), lantaran di komplek perumahan tidak diizinkan melakukan pemotongan," kata Nanang dilansir dari Katadata.co.id, Senin (19/7).
Nanang mengatakan, permintaan sapi kurban turun sampai 40% dibanding tahun lalu. Alhasil, kondisi tersebut turut berdampak langsung pada turunnya omzet atau penghasilan para pedagang sapi.
Sebelumnya, pedagang selalu memperkirakan sisa penjualan hewan kurban berkisar 10%-20% dari total pasokan. Dengan begitu, saat pedagang mampu menjual 80% dari total pasokan yang mereka sediakan, pedagang bisa dinyatakan sudah untuk. Namun, tahun ini lain ceritanya.
“Banyak sekali teman-teman yang menyiapkan 100 ekor hanya laku 50-60 ekor. Masalahnya, saat ini yang laku itu jauh dari yang diharapkan,” ujarnya.
Sumber: suaramerdeka.com