"Keluar dari zona nyaman", mungkin begitu pikiran Nanang Purus Subendro seorang peternak sapi sukses dari Bandar Jaya Lampung Tengah ketika hengkang dari pekerjaanya. Keputusannya keluar dari perusahaan swasta setelah berkarya selama 22 tahun mengubah hidupnya sampai sekarang.
Ia melihat melihat peluang besarnya permintaan daging sapi di masyarakat, sementara kemampuan suplai dari peternak terbatas. Peluang ini dimanfaatkannya untuk mendulang pundi rupiah dengan menjadi peternak sapi.
Setelah memulai usahanya pada 2013, saat ini ia adalah salah stu peternak sapi yang sangat sukses. Bagaimana tidak, usahanya yang ia rintis beromzet miliaran rupiah setiap bulannya. Sapi yang ia jual beragam, dari simental limosin, sapi bali, sapi Brahman Cross, dan lainnya.
Sekarang ia miliki sekitar 3 ribu ekor sapi yang tersebar di beberapa wilayah Lampung dan 2 ribuan ekor lagi yang ia kembangkan secara kemitraan dengan peternak lokal individu, kelompok tani, dan koperasi.
Meski begitu, pria yang bergelar dokter hewan ini juga memulai bisnisnya dari 0, dan diakuinya memiliki banyak tantangan.
"Ketika saya dulu memulai pertama kali, saya yakin saja usaha ini akan berjalan karena pertama sudah punya jaringan pertemanan eksportir di luar negeri, market di berbagai daerah, maupun mengelola secara keseluruhan bisnis sapi, meski begitu tetap saja modalnya tidak ada," ujarnya diselingi tertawa simpul kepada Trubus.id di Bogor, Sabtu (9/12).
Namun keraguan tersebut ia tepis jauh-jauh, dengan keyakinan mantap. Ia pun memulai usahanya dengan 30 ekor sapi.
Seiring berjalannya waktu ia sudah mendirikan perusahaan sendiri yang berbadan hukum. Sapi-sapi miliknya itu juga mulai bertambah menjadi 300 ekor. Untuk menambah ekspansi usahanya ia pun meminjam dana dari bank sebesar 2 miliar rupiah.
Sukses menjadi peternak dalam waktu beberapa tahun saja tidak lantas membuatnya menjadi jumawa, ia hanya berprinsip keberadaannya termasuk usahanya mampu mendatangkan manfaat bagi lebih banyak orang.
Disamping ia membina kelompok tani, ia juga melakukan pelatihan kepada masyarakat umum yang bisa dikatakan gratis, mereka hanya bayar untuk biaya makan saja.
Sumber: Trubus.id