Peternak sapi dibayangi oleh kerugian besar akibat penyebaran penyakit kuku dan mulut (PMK). Enggan menanggung kerugian lebih besar jika harus menyimpan dalam waktu lama, mereka rela menjual sapi peliharaannya dengan harga lebih murah.
"Misalnya aja sapi lokal, sapi-sapi dari Madura, atau sapi Bali yang di harga Rp 20 jutaan bisa turun 30-50%, jadi ke Rp 15 juta-10 juta, ngeri suasananya," kata Dewan Pakar Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/5/22).
Sapi yang dijual umumnya sudah terindikasi terkena penyakit. Mereka dipisahkan agar tidak menulari sapi lainnya. Caranya bukan hanya ditempatkan pada lokasi lain, melainkan juga dijual dalam waktu dekat.
"Dia jual murah, artinya ngga ada obat, atau apa yang diharapkan oleh peternak. Petugas ngga ada, kan terbatas semuanya," ujar Rochadi.
Peternak mau tidak mau menjual sapi peliharaannya karena tidak memiliki jalan lain. Jika terus dipelihara maka sapi yang sehat pun bisa terkena penyakit.
Padahal, dalam waktu dekat peternak sapi sudah akan menghadapi momen cuan, dimana Iduladha diperkirakan jatuh pada 9 Juli mendatang. Artinya, dalam waktu kurang dari satu bulan, seharusnya peternak bakal menjual lebih banyak lagi sapinya.
"Biasanya Iduladha ada kenaikan 15-20%. Tapi kondisi yang terjadi sekarang kan malah turun harganya," sebut Peneliti Senior di Universitas Padjajaran itu.
Sumber: cnbcindonesia.com