Skip to main content
| Berita Tentang PPSKI

Impor Daging dari Brasil & India Menyalahi Undang-undang

Rencana pemerintah untuk mendatangkan daging sapi importasi dari Brazil dapat melanggar UU No. 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2oo9 Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Selain itu pola kemitraan juga diharapkan dapat terbentuk untuk menekan harga.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi Dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf menilai langkah pemerintah yang terburu-buru dalam usaha membuka keran importasi daging sapi dari Brazil sama dengan pelanggaran atas undang-undang negara. Menurutnya praktik seperti ini sudah terjadi sejak pembukaan keran importasi daging kerbau beku dari India.

Pasalnya, India dan Brazil tidak termasuk dalam negara yang bebas penyakit mulut dan kuku yang diakui oleh World Organisation for Animal Health (OIE). Menurutnya, selain Brasil, India, Australia dan Selandia Baru yang menjadi negara pengimpor utama dalam hal daging sapi dan sapi bakalan, pemerintah sebenarnya bisa melakukan importasi dari 30 negara yang sudah terbebas dari PMK atau ada juga negara yang memiliki zona bebas.

Namun dia pun mengakui jika India dapat memberikan harga yang kompetitif karena mayoritas penduduknya tidak mengonsumsi sapi sebagai bahan pangan. Dan jaraknya dari Indonesia juga menentukan harga jual yang lebih murah. Sementara Brazil adalah salah satu negara yang punya populasi sapi terbesar dunia.

Rochadi menyarankan bila ide importasi daging sapi dari Brazil terealisir agar menggunakan pola kemitraan antara importir, agen supplier dan konsumen supaya bisa menekan harga sesuai keinginan pemerintah yaitu Rp80.000 per kg. Rochadi juga mengatakan bahwa gaya racing horse sudah biasa dilakukan oleh pebisnis.

Racing horse yang dimaksud oleh Rochadi dalam istilah dagang adalah mengadu dua atau lebih konsumen supaya mendapatkan harga murah. Selain itu juga, Rochadi menyoroti trik dagang yang biasa dilakukan oleh pebisnis dengan menjual di awal murah namun sesudahnya menjadi mahal.

Pilihan yang terbaik tetaplah pola kemitraan. Dengan kemitraan akan ada saling ketergantungan yang akhirnya bisa mendapatkan harga murah. Masalah dengan siapa bermitra, yang penting harus saling menguntungkan.

Sumber: bisnis.com

Translate

Foto Abrianto

Abrianto

Seorang penggiat web blog sejak lama

Artikel Terkait

Artikel Terkait