
Berharap Menghasilkan Daging, Memelihara Sapi Bakalan 400 Kilogram Justru Lebih Banyak Menghasilkan Lemak!
Demikian yang dikatakan oleh Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Rochadi Tawaf, saat menanggapi perihal rencana pemerintah (melalui Kementan dan Kemendag) merevisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/2016 tentang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar ke dalam Wilayah Negara RI di akhir bulan Desember kemarin.
Bobot sapi bakalan yang akan diimpor akan dirubah dari 350 kilogram menjadi 250 sampai dengan 500 kilogram. Namun terkait waktu pemeliharaannya tetap sama yakni 120 hari. Dengan revisi ini, pemerintah berharap harga sapi bakalan yang dibeli feedlotter dari Australia bisa turun harganya dari US$3,5 menjadi US$2,5 perkilogram. Karena dibeli dengan harga lebih murah, nantinya Pemerintah dapat menggunakannya untuk menekan harga daging sapi didalam negeri di bawah Rp100 ribu per kilogram.
Menurut Sekjen PPSKI, ia telah berulang kali selalu mengatakan, pemerintah tidak melakukan kajian insentif terhadap persoalan harga daging ini secara akademik. Berat badan 350 kilogram itu sudah maksimal, kalau dinaikkan menjadi 400 kilogram sudah bukan bakalan tetapi masuk proses penggemukan.
Parahnya lagi, memelihara sapi bakalan dengan berat 400 kilogram tidak akan menghasilkan daging melainkan lemak. Karena lemak tidak dikonsumsi, akhirnya dibuang. Dampaknya, harga daging tetap mahal.
Sumber : publik-news.com